Akui Lakukan Penipuan Kripto Rp314 Miliar, CEO Titanium Blockchain Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara
CEO Titanium Blockchain Infrastructure Services Inc. mengakui bahwa dirinya melakukan penipuan berkedok kripto dengan melakukan penawaran koin untuk publik alias ICO TBIS kepada investor.
Dalam pengakuannya ia juga mengatakan bahwa dirinya sudah menerima uang senilai US$21 juta atau sekitar Rp314,7 miliar, dari investor AS dan luar negeri.
Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya
Dalam dokumen yang diterbitkan Departemen Kehakiman AS, Michael Alan Stollery, selaku CEO dan pendiri TBIS, platform investasi kripto yang menawarkan para investor untuk investasi koin ‘BAR’, sebuah token yang belakangan diketahui abal-abal.
Pasalnya, Stollery tidak mendaftarkan ICO kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) serta tidak bisa memenuhi persyaratan dari SEC untuk melakukan ICO.
Stollery mengakui, dirinya memalsukan dokumen TBIS guna menarik minat investor. Tidak cukup disitu, di hadapan para calon investor, dririna mengklaim bahwa koin yang ia bangun tersebut memiliki pengembangan teknologi yang berbeda dan ‘lebih unggul’ jika dibandingkan dengan kripto lainnya sehingga meningkatkan profit di masa depan.
Bahkan, ia membuat testimoni palsu di situs TBIS yang mengatakan bahwa dirinya memiliki hubungan bisnis dengan Federal Reserve serta mengklaim kerjasama dengan sejumlah perusahaan terkenal.
Uang yang diberikan investor diketahui tidak digunakan untuk mengembangkan bisnis koin kripto miliknya melainkan ia gunakan untuk kepentingan pribadi.
Salah satunya untuk membiayai hidupnya yang menwah dan pembelian sebuah kondominium di Hawaii.
Baca juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn
Saat ini, Stollery sudah dinyatakan bersalah atas penipuan dan dijadwalkan akan divonis pada 18 November.
Ia terancam dengan hukuman 20 tahun penjara. Majelis hakim distrik federal masih akan mempertimbangkan Pedoman Hukuman A.S. dan faktor undang-undang lainnya sebagai pertimbangan.
Saat ini, FBI Los Angeles dan Kantor Federal Reserve untuk wilayah Barat juga masih mendalami kasus ini.